SUARA INDONESIA JEMBER

Tak Hanya Tahun Baru Islam, Ini Peristiwa-peristiwa yang Terjadi di Bulan Muharam

Redaksi - 02 August 2022 | 18:08 - Dibaca 161 kali
Khazanah Tak Hanya Tahun Baru Islam, Ini Peristiwa-peristiwa yang Terjadi di Bulan Muharam
Ilustrasi (Foto: Ahmad A/Pinterest)

JEMBER- Muharam merupakan bulan pertama dalam kalender Hijriah dan setiap tanggal satu diperingati sebagai Tahun Baru Umat Islam.

Di dalam Al-Qur'an Allah menjelaskan tentang ketetapan jumlah bulan dalam setahun dengan 12 bulan dan empat di antaranya merupakan bulan haram yang dilarang untuk berperang.

"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah 12 bulan dalam ketetapan Allah diwaktu ia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah ketetapan (agama) yang lurus, maka janganlah menganiaya diri dalam bulan yang empat itu, dan perangilah musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa," QS At-Taubah 36.

Dikutip dari NU Online, empat bulan dalam ayat tersebut ialah Muharam, Rajab, Zulka'dah dan Zulhijjah. 

Selain sebagai penanda awal tahun yang baru, dalam sejarahnya bulan Muharam memiliki banyak sekali peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan Islam di masa silam.

Pertama, ialah tercetusnya keinginan Rasulullah SAW untuk hijrah dari kota Mekkah ke Madinah yang pada akhirnya terlaksana pada tanggal dua bulan Rabiul Awal atau 20 Juli 622 Masehi.

Dilansir dari tirto.id sebelum hijrah ke Madinah, Rasulullah telah lebih dulu berhijrah ke Thaif dan Habasyah, tetapi kedua perjalanan tersebut belum membawa umat Islam memiliki kekuatan untuk berdiri sendiri.

Sementara saat hijrah ke Madinah, umat muslim yang datang atau kaum Muhajirin disambut dengan sangat baik oleh kaum Anshor atau penduduk setempat. 

Seiring berjalannya waktu Rasulullah pun menjadi pemimpin umat Islam dalam semua urusan baik keagamaan maupun kenegaraan yang menjadi sejarah istimewa dan masa keemasan Islam.

Kedua, penetapan kalender Hijriah

Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah memang menjadi momen yang begitu mengahrukan dan tonggak kebangkitan Islam. Oleh karena itu pula lah penanggalan komariah yang digunakan umat muslim disebut dengan kalender Hijriah.

Meski begitu, penggunaan kalender Hijriah baru digunakan secara masal pada Khalifatur Rasyidin, lebih khusus saat kepemimpinan sahabat Umar bin Khatab RA.

Kala tersebut, Umar bin Khatab, Ustman bin Affan, Saad bin Abi Waqqas, Salhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam melakukan diskusi untuk menentukan cara yang dipakai dalam kalender Hijriah. 

Melalui disikus tersebutlah diputusakan kalender lunar yang digunakan untuk penghitungan dalam kalender Hijriah yang berpatokan dengan peredaran bulan.

Sementara penetapan awal untuk tahun Hijriah sendiri diputusakan setelahnya dan ditetapkan saat Nabi pertama kali hijrah dari Mekkah ke Madinah, sesuai dengan usulan Ali bin Abi Thalib.

Ketiga, pada bulan ini terjadi peristiwa pembunuhan cucu Rasulullah SAW, yang sangat menyakitkan umat Islam dan dikenal dengan sebutan Tragedi Karbala.

Tragedi tersebut bermula dari perseteruan Yazid bin Muawwiyah dengan Husen bin Ali. Sebagian umat Islam pada masa Dinasti Umyyah saat itu merasa tidak puas cara kepemimpinan Yazid bin Muawwiyah sehinga mereka berharap agar Husen bin Ali mengambil alih kepemimpinan itu.

Mendengar hal itu, Yazid bin Muawwiyah merasa kedudukannya terancam, ia pun memata-matai pergerakan Husen bin Ali yang bertempat tinggal di Madinah. Ia kemudian berpindah ke Mekkah karena merasa tidak nyaman berada di Madinah.

Namun, ketidak puasan masyarakat Kuffah pada kepemimpinan Yazid bin Muawwiyah semakin besar, dan mereka memaksa dengan jaminan 100.000 penduduk Kuffah agar Husen bin Ali mau datang ke wilayah mereka lalu mengambil alih kekuasaan dari pemerintahan yang dipimpin Yazid bin Muawwiyah.

Setelah beberapa waktu dengan berbagai kejadian yang telah terjadi, Husen bin Ali pun mantap untuk pergi ke Kuffah, meski saat itu masyarakat Mekkah melepasnya dengan keterpaksaan.

Bersama 72 orang rombongan Husen bin Ali pergi menuju Kuffah. Sayang, untuk menghalangi kedatangannya, Yazid bin Muawwiyah mengirim 4000 pasukan untuk menghadang rombongan Husen bin Ali.

Lalu, tepat pada tanggal 10 Muharam 61 H, pasukan Yazid yang telah menghadang di Karbala, membantai habis rombongan Husen bin Ali. Setelahnya ia pun dibunuh oleh pasukan tersebut.

Tragedi inilah yang menjadi cikal bakal terbaginya umat Islam menjadi golongan Sunni dan Syiah yang bahkan masih ada hingga saat ini. (Ree)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Redaksi
Editor :

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya