SUARA INDONESIA JEMBER

Ustaz Hanan Attaki: Keutamaan Azan Hingga Disandingkan Dengan Saf Pertama Salat

Redaksi - 18 May 2022 | 20:05 - Dibaca 1.72k kali
Khazanah Ustaz Hanan Attaki: Keutamaan Azan Hingga Disandingkan Dengan Saf Pertama Salat
Ustaz Hanan Attaki (Foto: Tangkapan Layar Kanal YouTube Hanan Attaki)
JEMBER- Azan memiliki keistimewaan tersendiri dan hal itu disandingkan dengan keutamaan saf pertama dalam salat berjamaah. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis Rasulullah SAW.

"Andaikata para manusia itu mengetahui betapa besar pahalanya berazan dan menempati saf pertama di waktu salat, kemudian mereka tidak menemukan jalan untuk memperolehinya itu melainkan dengan cara mereka mengadakan undian, niscayalah mereka akan melakukan undian itu. Juga andaikata manusai mengetahui betapa besarnya pahalanya datang lebih dulu untuk melakukan salat, niscayalah mereka akan berlomba-lomba untuk itu. Demikian pula andaikata mereka mengetahui betapa besar pahalanya salat Isya dan salat Subuh dengan berjamaah niscayalah mereka akan mendatangi kedua salat itu, sekalipun dengan berjalan merangkak," HR Bukhari dan Muslim.

Melalu hadis tersebut diketahui bahwa azan memiliki keutamaan yang bernilai pahala sangat besar. 

Menurut ustaz Hanan Attaki, hadis tersebut tidak hanya menjelaskan tentang pahala azan, tetapi juga keutamaannya yang bisa dirasakaan oleh semua orang, tidak terbatas pada muazin ataupun umat muslim semata dengan teksnya yang menyebut annaas (manusia), alih-alih muslim (orang-orang Islam).

"Azan ini punya kebaikkan yang terbuka luas untuk setiap orang, bukan hanya kepada muazin tetapi semua orang," ujarnya dalam kanal YouTube Hanan Attaki.

Dilihat dari sejarahnya, ustaz Hanan juga menjelaskan bahwasanya azan pertama kali disyariatkan pada tahun pertama hijriah, yakni saat Rasulullah SAW hijrah ke kota Madinah.

Saat itu, beliau datang ke Madinah dan membangun masjid, sebagaimana yang telah dilakukan Rasulullah saat singgah di Quba sebelumnya. 

Usai terbangunnya masjid di Kota Madinah, para sahabat kebingungan menentukan cara untuk mengajak umat muslim datang ke masjid guna melaksanakan salat secara berjamaah.

Setelah lama berdebat, mereka pun bersepakat menggunakan cara memanggil jamaah dengan suara yang lantang untuk mengungumkan datangnya waktu salah dan ajakan untuk berjamaah. 

Adapun kalimat seruannya ialah Ash-shalatu jaami'ah. Dan Rasulullah meminta Bilal untuk mengumandangkannya, karena kelantangan suara yang dia miliki tidak mengganggu.

Hingga pada malam harinya sahabat yang bernama Abdulah bin Zaid bermimpi, melihat sesorang yang membawa lonceng dan dirinya meminta lonceng tersebut untuk digunakan sebagai panggilan salat.

Namun, orang tersebut menolak permintaan Abdullah bin Zaid, dan orang itu mengajarkan Abdullah bin Zaid lafaz azan seperti yang ada sekarang. Saat waktu salat Subuh tiba, ia pun menceritakan mimpinya itu kepada Rasulullah. 

Rasulullah pun menjawab bahwa mimpi itu adalah benar. Dan hal itu diperkuat oleh kesaksian Umar bin Khattab yang mengaku memimpikan hal serupa. 

Beliaupun meminta keduanya untuk mengajarkan kalimat-kalimat yang mereka dengar dalam mimpi tersebut kepada Bilal untuk dikumandangkan. Sejak saat itulah kalimat-kalimat azan digunakan sebagai dan kekal hingga saat ini tanpa perubahan satu huruf pun.

Dengan sejarah tersebut menurut ustaz Hanan, mengumandangkan azan merupakan bagian dari ibadah kepada Allah dan bukan sebuah profesi. Dilakukan sebagai bentuk ketakwaan kepada Allah SWT dengan cara i'lam yakni mengungumkan datangnya waktu salat dengan zikir khusus.

"Ibadah ini kedudukannya sangat tinggi hingga ia disandingkan dengan saf awal dalam salat," tandasnya. (Ree)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Redaksi
Editor : Imam Hairon

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya