JEMBER- Sejumlah tanaman jagung di Kabupaten Jember mengalami serangan organisme pengganggu tanaman (OTP), menjelang waktu panen raya yang akan dilangsungkan, sekitar dua minggu lagi.
Salah satunya sebagaimana yang dialami oleh jagung milik Jumantoro, salah seorang petani di Kecamatan Arjasa. Dimana mulai batang hingga daunnya rusak akibat digrogoti wabah OPT.
Jumantoro menyebutkan, serangan tersebut dapat berdampak pada jagung, karena kurangnya nutrisi dari pupuk dan perawatan yang diberikan.
"Nah, ini daunnya kuning rusak semuanya disini. Padahal sebentar lagi kan mau panen," ungkapnya saat diwawancarai langsung di ladang jagung miliknya, Rabu (7//7/2022).
Kurangnya nutrisi tersebut, menurutnya disebabkan karena terbatasnya ketersediaan pupuk subsidi dari Pemerintah kepada petani dan tingginya harga pupuk non subsidi.
Sehingga petani memilih untuk menggunakan pupuk seadanya, karena tidak sanggup untuk membeli pupuk non subsidi yang harganya bisa tembus hingga Rp 1 juta per saknya.
Akibatnya, sejumlah jagung mengalami kerusakan bahkan untuk buah yang dihasilkan juga terbilang sangat tidak baik, dengan biji yang sangat jarang di tongkolnya.
Menurut Jumantoro kondisinya sangat berbeda dengan tumbuhan jagung sehat, yang mendapatkan nutrisi cukup.
"Ya mau bagaimana lagi, ini seperti ini buahnya. Jelek sekali, sangat jarang bijinya. Beginilah buah jagung, kalau kurang nutrisi," lanjutnya.
Dengan hasil jagung yang terbilang kurang baik, dirinya khawatir harga jualnya juga akan menurun, bahkan beberapa buah jagung yang kondisinya renggang, biasanya akan mendapatkan harga yang anjlok hingga 90 persen.
"Kalau yang seperti ini tidak ada harganya sudah mbak. Makanya itu, kami bingung. Semoga jagung yang bagus juga dibeli dengan harga bagus," tandasnya.
Seperti diketahui, saat ini harga jagung telah merosot tajam hingga Rp 1.700 per kilogramnya untuk jagung gelondong. Sedangkan untuk jagung pipil kering, diharga sekitar Rp 3.600 per kilogramnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Wildan Mukhlishah Sy |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi