SUARA INDONESIA, JEMBER- Calon Bupati Jember nomor urut 1, Hendy Siswanto, kena pukul balik saat singgung dugaan korupsi dana bansos DPRD Jawa Timur. Dirinya menembak penantangnya, Muhammad Fawait, Cabup Jember nomor urut 2, terkait dugaan keterlibatan kompetitornya itu.
Hendy menyebut, KPK tengah mengusut kasus tersebut dan beberapa anggota DPRD Jawa Timur yang terlibat, telah ditetap sebagai tersangka.
“Sebagai DPRD Jawa Timur selama 10 tahun. Bagaimana Anda bisa meyakinkan masyarakat Jember, bahwa anda tidak terlibat?” tanyanya, dalam debat kedua Pilbup Jember 2024 di Cempaka Hill Hotel, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Sabtu 9 November 2024, malam.
Merespons pertanyaan itu, Muhammad Fawait mengatakan, kalimat tanya yang disampaikan calon petahana itu sebenarnya tidak ada hubungannya dengan masalah birokrasi Jember, sesuai dengan tema yang dipilih oleh KPU dalam debat kedua. Kendati demikian, Fawait tetap bersedia menjawabnya.
“Ketika menghadapi masalah seperti itu, kita harus pasrahkan sepenuhnya kepada aparat penegak hukum. Soalnya kalau nama saya, clear and clean (jelas dan bersih, Red),” jawab Gus Fawait, panggilan akrabnya.
Gus Fawait menambahkan, jika dirinya terpilih nanti, ia tidak akan menyinggung soal dugaan korupsi rel kereta api. Sebab, kata Fawait, salah satu temannya diduga terlibat dalam kasus korupsi tersebut.
Informasi yang tersebar dalam pemberitaan di sejumlah media massa, nama Hendy Siswanto memang disebut dalam persidangan kasus Proyek Pekerjaan Konstruksi Pembangunan Jalur Kereta Api (KA) Besitang-Langsa yang merugikan negara hingga Rp 1 triliun lebih. Saat itu, Hendy menjabat sebagai Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Sumatera Bagian Utara periode 2015-2016.
“Yang jelas nama dia disebut. Tapi tidak akan saya tanyakan di tempat ini. Karena saya lebih muda, saya harus menjunjung asas praduga tidak bersalah. Mohon maaf Pak Hendy, terimakasih,” sindir Fawait kepada Hendy.
Selain itu, Fawait juga menyinggung masalah kasus Sekda Jember yang tersandung dugaan korupsi. Menurutnya, sekda tersebut adalah korban, sebab dalam sejarah Jember belum ditemukan sekda aktif terlibat korupsi dan masuk penjara.
“Saya pastikan, ketika saya memimpin, tidak akan mengorbankan anak buah seperti yang terjadi kemarin. Bagaimana anak buahnya tidak dikorbankan, karena kita tahu SAKIP kita terendah di Jawa Timur, IRB kita juara 35 dari 38. Pemimpin yang baik, adalah yang tidak mengorbankan anak buahnya,” terangnya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Fathur Rozi (Magang) |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi