SUARA INDONESIA, JEMBER- Penanganan stunting menjadi sorotan tajam pada Debat Publik Pertama Calon Bupati-Wakil Bupati Jember 2024. Calon bupati nomor urut 02, Muhammad Fawait, mengkritik penanganan stunting di Jember yang dinilainya kalah dengan kabupaten tetangga, seperti Bondowoso, Situbondo dan Banyuwangi.
Fawait juga menanyakan kepada calon petahana, Hendy Siswanto, mengenai strategi dan kebijakan apa yang akan dilakukan untuk mengintervensi kekurangan asupan gizi bagi kelompok berpenghasilan rendah. Sebab, masyarakat berpenghasilan rendah menjadi kelompok rentan stunting.
Selain itu, berdasarkan survei status gizi Indonesia 2022, prevalensi stunting di Jember berada di angka 34,9 persen.
“Stunting di Jember tidak dalam kondisi yang baik-baik saja. Bahkan prevalensinya mencapai 34,9 persen. Di bawah Bondowoso dan Situbondo. Apalagi Banyuwangi,” ungkap Fawait.
Padahal, lanjut dia, belanja pemerintah yang dikeluarkan di masa Hendy mencapai Rp 3,4 triliun. Tapi penurunan angka stunting sangat landai dibandingkan dengan daerah tetangga.
Maka dari itu, Fawait mengungkapkan, Jember membutuhkan lompatan-lompatan dan kebijakan yang out of the box, karena stunting bukan hanya tentang gizi buruk. Jadi perlu adanya kebijakan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
“Jangka awalnya, kita harus mempersiapkan diri sebelum mereka melakukan pernikahan. Kita gandeng komunitas perempuan. Kedua, ketika mereka hamil. Dan yang ketiga ketika mereka melahirkan. Jika seperti itu, maka stunting akan turun. Tidak seperti ini. Padahal angka belanjanya Rp 3,4 triliun,” kritik Fawait.
Menanggapi kritikan itu, Hendy Siswanto menjawab dengan rumus instan. Bukan strategi jangka panjang yang lebih komprehensif. Kata dia, untuk mengintervensi pihaknya akan memberikan bantuan kepada masyarakat, berupa bansos, BLT dan lain sebagainya. Hal itu bertujuan agar masyarakat mendapatkan gizi yang cukup.
“Sehingga mereka keluar dari stunting secara cepat dan tepat,” ujarnya, saat menanggapi pertanyaan yang dirancang panelis pada debat pertama Calon Bupati dan Wakil Bupati Jember, Jawa Timur, Sabtu 27 Oktober 2024.
Selain itu, ia juga mengklaim, posisi Jember luar biasa. Sebab menurutnya, jika melihat Jawa Timur di tingkat nasional, penurunan stunting hanya sebesar 0,8 persen. Sedangkan di Jember 5,2 persen.
“Dari hasil nilai 34,9 persen, kita menurun jadi 29,7 persen kurang lebih. Alhamdulillah, dari penimbangan bayi, posisi stunting kita prevalensinya 6,52 persen. ini adalah suatu hal yang luar biasa,” klaimnya.
Hendy pun mengalihkan tanggung jawab penanganan stunting itu ke masyarakat. Menurutnya, mengentaskan problem stunting bukan hanya tugas pemerintah atau dinas kesehatan saja. Tapi seluruh stakeholder dan institusi yang ada perlu bersinergi untuk menurunkan stunting bersama.
Selama ia menjabat, Hendy menambahkan, pemerintahannya juga terdapat Satgas J-Penting (Jember Pusat Penanggulangan Stunting), sebagai salah satu upaya menanggulangi stunting secara konsisten.
“Kami sangat yakin sekali, insyaallah Kabupaten Jember akan menjadi pelopor. Stunting Jember akan kami tekan hingga zero stunting,” janjinya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Fathur Rozi (Magang) |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi