SUARA INDONESIA, JEMBER- Lembaga Pemerhati Hukum Indonesia (PHI), menggelar aksi di depan kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Jember, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Mereka menuntut, agar KPU Jember memberikan klarifikasi atas pelaksanaan kampanye damai yang dinilai pincang. Sebab, hanya dihadiri salah satu paslon saja, sehingga merugikan paslon lainnya akibat narasi pemberitaan yang menyudutkan.
Ketua Umum PHI, Muhammad Hasan mengatakan, dampak deklarasi itu pemberitaan di beberapa media massa dan media sosial begitu liar. Sehingga salah satu paslon dirugikan.
Terlebih setelah menemui KPU, dirinya juga tidak menemukan hasil yang jelas. Sebab, yang disampaikan KPU kepadanya acara tersebut telah selesai dan diklaim sukses. Sontak, jawaban itu membuat pihaknya kecewa.
"Sukses seperti apa! Kalau sukses menurut kami dua kandidat hadir bersandingan. Sedangkan yang hadir hanya paslon nomor urut 1, dengan membawa massa yang membludak," kata Hasan.
Hasan mengatakan, seharusnya KPU Jember mampu mengatur jalannya acara agar tidak terjadi hal tersebut. "Tapi KPU bilangnya acara itu sudah sukses," ujarnya.
Maka dari itu, Hasan akan meneruskan masalah itu kepada Bawaslu Kabupaten Jember selaku lembaga pengawas.
Menanggapi hal tersebut, Ketua KPU Jember, Dessi Anggraeni mengatakan, kegiatan kampanye damai sudah sesuai dengan ketentuan, dan telah memenuhi kesepakatan semua pihak.
Sedangkan, terkait keputusan paslon nomor urut 2 yang tidak menghadiri acara tersebut, sebelumnya sudah komunikasi dengan pihak KPU. "Pihak paslon nomor 2 juga memberikan alasan-alasannya. Dan kami juga tidak bisa memaksa," jelasnya.
Dessi menjelaskan, pihaknya telah memberikan klarifikasi kepada PHI atas kampanye damai tersebut, yang menurutnya agenda itu telah berjalan. "Klasifikasi tersebut sama dengan klarifikasi yang sudah kami sampaikan pada 24 September lalu," terangnya.
Selain itu, Dessi menyanggah apa yang menjadi pernyataan PHI yang mengatakan bahwa suhu politik di Jember memanas akibat gelaran deklarasi kampanye damai kemarin.
"Menurut kami tidak relevan. Karena suhu politik yang terjadi tidak semata-mata karena peristiwa gelaran kampanye damai. Yang seharusnya dari gelaran itu dampaknya harusnya damai," tandasnya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Fathur Rozi (Magang) |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi