JEMBER, Suaraindonesia.co.id- Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kiai Abdur Rohman Luthfi mengungkapkan, dirinya menginginkan sosok santri yang akan memimpin sebagai Bupati Jember pada 2024 mendatang.
Dia beralasan, di era semakin canggih yang diiringi kemerosotan akhlak, menurutnya santri harus tampil di bagian depan memimpin dua juta lebih masyarakat Jember.
“Tahun 2024 Jember harus dipimpin santri. Kita harus belajar dari pengalaman. Berapa kali tokoh santri jadi wakilnya. Coba sekali-kali santri jadi bupatinya,” paparnya, Jumat (13/10/2023).
Saat ditanya siapa tokoh yang pantas memimpin Jember, ia tidak menyebut secara jelas. Hanya saja, ia menginginkan perubahan untuk Jember.
“Masyarakat Jember sudah cerdas. Tidak perlu diarahkan. Bisa didata, calon pemilih Jember ini mayoritas adalah santri. Kita ingin yang memimpin Jember yang mempunyai kepedulian dan kepekaan terhadap pesantren dan guru ngaji,” ungkap kiai muda yang memiliki ribuan santri ini.
Menurut dia, yang lebih penting lagi, pemimpin itu harus memiliki kepekaan sosial dan mau membaur dengan masyarakat.
“Yang merakyat. Yang mudah ditemui sewaktu-waktu oleh rakyat. Yang siap turun ketika rakyat membutuhkan. Bukan yang ningrat, atau susah ditemui oleh rakyat,” ungkapnya.
Pria yang masih keluarga Kiai Khotib Umar Sumberwringin ini hanya meminta, siapapun yang memimpin, pesantren juga harus dimasukan dalam skala prioritas.
“Membangun ekonomi bisa lewat pemberdayaan pesantren. Memberantas kemiskinan juga bisa dari pesantren. Selama ini, pesantren terkesan kurang mendapatkan skala prioritas,” tutupnya.
Pernyataan senada disampaikan oleh Husnul, guru Madrasah Diniyah Nurul Yaqin Desa Sumberpakem, Kecamatan Sumberjambe, Jember. Menurutnya, santri memang harus bisa tampil di depan.
“Biar tidak terkesan santri hanya dibuat jembatan oleh oknum yang hanya ingin memuluskan kepentingan. Jadi 2024 saya setuju, santri harus jadi bupati,” harap pria jebolan pondok pesantren terbesar di Situbondo tersebut. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Tamara Festiyanti |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi