JEMBER- Pandemi Covid-19 bukan merupakan halangan bagi seluruh umat Konghucu, untuk merayakan Tahun Baru Imlek, begitu pula di Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Pay Lien San, Desa Glagahwero, Kecamatan Panti.
Meski tidak dilaksanakan secara meriah, namun puluhan jemaat di klenteng tersebut, berdatangan silih berganti untuk melakukan ritual ibadah dan berdoa dengan suasana yang tetap terasa khidmat, Selasa (1/2/2022).
Wakil Ketua Pengurus TITD Pay Lien San Hery Nofen Stadiono menjelaskan, bahwa pada Imlek 2573 kali ini memiliki shio macan dan berunsur air, yang mengandung makna tersediri.
Menurutnya, hewan macan melambangkan ketangguhan dan kejujuran. Sementara unsur air sendiri, menggambarkan sifat yang berubah-ubah dan sulit untuk diterka.
“Kalau macan kan menyimbolkan ketangguhan, kejujuran. Cuman unsurnya ini air, yang sifatnya tidak bisa diterka. Kalau air itu diam belum tentu bisa menyelamatkan, kalau beriak juga belum tentu mencelakakan,” jelasnya.
Seperti diketahui sebelumnya, terdapat Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sempat meprediksi sejumlah bencana yang akan terjadi di berbagai titik pulau Jawa, seperti tsunami dan gempa bumi.
Atas hal tersebut, dirinya berharap, unsur air yang dimaksud dapat menjadi sebagai pelepas dahaga, sehingga mampu mendukung ketegasan dan kejujuran yang dimiliki oleh shio Macan.
“Harapan di tahun macan ini, karena tahunnya sudah menyimbolkan kejujuran dan ketegasan. Semoga airnya ini menjadi sebagai pelepas dahaga, semoga prediksi bencana yang diungkapkan oleh para ahli tidak sampai terjadi di tahun ini,” ujarnya.
Terkait pelaksanaan ibadah di klenteng diketahui, masih menerapkan protokol kesehatan secara ketat, dengan kapasitas jemaat yang hadir adalah 20 hingga 25 persen dari jumlah biasanya.
Berdasarkan peraturan dari pemerintah, selain tidak menjalankan sembahyang dengan berjamaah, tempat ibadah tersebut, juga meniadakan hiburan Barongsai setelah ritual sembahyang.
“Kalau untuk yang hadir itu, kira-kira sekitar 20 sampai 25 persen saja, berbeda dengan sebelum pandemi. Tidak ada hiburan, karena kami mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu jamaah TITD Pay Lien San Ana mengungkapkan beberapa perbedaan dalam perayaan tahun baru selama pandemi, diantaranya tidak dapat melaksanakan sembahyang berjamaah, tidak bisa berkumpul dengan keluarga yang jauh dan beberapa hal lainnya.
Meski begitu, dirinya mengaku sangat bersyukur dapat kembali merasakan momen Chinese New Year 2022, dalam kondisi yang sehat.
“Ya tentu sangat bersyukur, secara garis besar tidak berbeda dengan tahun sebelumnya. Selama pandemi memang susah untuk merayakan dengan keluarga yang sedang berada di tempat jauh, tapi senang sekali karena bisa merayakan dalam keadaan yang sehat,” tandasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Wildan Mukhlishah Sy |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi