JEMBER- Bermodalkan dari uang hasil pinjaman kepada temannya, seorang warga asal Dusun Tegalbego, Desa Arjasa, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember, berhasil menghantarkan hasil karyanya berupa batik tulis untuk mejeng di Milan, Italia.
Wanita pemilik nama Eno Helga tersebut mengaku, dirinya terpaksa berhutang sebesar Rp 300 ribu sebagai modal awal untuk merintis usaha batiknya, karena kondisi ekonomi yang dimilikinya tidak cukup untuk biaya membeli kain dan bahan baku lainnya.
“Dulu untuk beli kain, pewarnanya dan bahan-bahan lain itu, semuanya hasil ngutang aku. Aku ngutang ke temenku, karena bener-benar gak punya uang sama sekali,” ucapnya.
Dirinya menceritakan mulai tergerak untuk terjun di dunia batik tulis, sejak mengikuti pelatihan di Balai Latihan Kerja Indonesia (BLKI). Eno merasa, membatik merupakan salah satu passion yang tanpa sadar telah dia miliki sejak dulu, namun masih belum pernah diasah.
Meski begitu, perempuan yang karyanya telah sering berlalu lalang di ajang nasional hingga internasional tersebut, merasa tidak heran dengan bakat yang dimiliki. Menurutnya, sebagai anak yang memiliki orang tua berdarah seni, hal itu merupakan sebuah kewajaran.
“Pas ikut mulai ngerasa, wah kayanya emang disini sih passion aku. Terus memang dari keluarga itu kan suka seni, kayak melukis, ukir dan musik juga. Jadi mungkin karena itu, nurun ke aku yang bisa dituangkan untuk membatik,” katanya.
Sebelum mendirikan usahanya sendiri, owner dari Batik Silabango tersebut juga sempat membantu rekannya untuk mencanting, guna mengumpulkan pundi-pundi rupiah yang dapat dibelikan perlengkapan untuk membatik sendiri.
Perjalanan yang singkat, membuat dirinya sempat merasa minder dengan hasil karyanya. Bahkan, Eno tidak memiliki keberanian untuk mengunggah produk batiknya di media sosial secara luas, hanya melalui status WhatsApp.
“Aku kan masih baru, jadi enggak percaya diri yang mau posting dimana-mana. Sampe sekarang seringnya memang di status WA aja, malu soalnya belum bagus,” ucapnya.
Di tengah perjalanannya sebagai seorang pembatik, Eno mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan fashion yang diadakan oleh Bank Indonesia (BI) cabang Jember. Disanalah, berbagai karya cantik wanita asli Jember tersebut mulai dikenal oleh sejumlah kalangan dan desainer.
“BI ini support banget, semuanya mereka fasilitasi. Dari sinilah akhirnya, pemasaran batik saya dan temen-temen akhirnya juga ikut terangkat,” paparnya.
Melalui sejumlah kegiatan pelatihan motif yang telah diadakan oleh BI, dirinya bertemu dengan dua desainer ternama yang ternyata mampu mengenali dan melihat potensi besar dari Eno dan beberapa rekan lainnya.
Keunikan karakter dan makna dari setiap batik tulis yang dibuat oleh Eno, berhasil mencuri perhatian dari desainer tersebut, hingga tertarik membawa karyanya untuk dipamerkan dalam salah satu ajang bergensi di Milan.
Bak mendapat durian runtuh, Eno mengaku tidak pernah menyangka, bahwa usaha yang dilakukannya selama ini terbayarkan dengan tuntas. Menurutnya, terdapat kebanggaan yang sangat luar biasa ketika karyanya dapat dinikmati dan dikenal hingga ke luar negeri.
“Siapa sangka ya, yang awalnya saya modalnya ngutang ke temen. Alhamdulillah, karyanya bisa dinikmati dan dikenal di luar negeri,” ujarnya.
Namun, baginya keberhasilan yang diraih tidak pernah lepas dari dukungan dan arahan berbagai pihak, termasuk desainernya.
Untuk itu, dirinya mengajak seluruh masyarakat terutama generasi muda agar tetap bekerja keras dan tekun dengan usaha yang sedang dijalani, serta tidak melupakan jasa orang yang telah memberikan bantuan saat di titik tersulit.
“Saya rasa tanpa bantuan dari mereka, saya tidak mungkin jadi siapa-siapa. Jadi, jangan pernah melupakan siapa yang telah mebantu kita di masa sulit. Selain itu, kita juga harus selalu bekerja keras dan tidak menyerah,” pungkasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Wildan Mukhlishah Sy |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi