Intip Keunikan Masjid Saka Tunggal yang Sudah Berdiri Sejak 1288
Redaksi
- 07 April 2022 | 16:04 - Dibaca 142 kali
Features
Potret Bagian Dalam Masjid Saka Tunggal (Foto: Jalanwisata.id)
JEMBER- Masjid Saka Tunggal atau Masjid Baitussalam yang terletak di lembah perbukitan di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banymas, Jawa Tengah merupakan masjid tertua di Indonesia.
Masjid tersebut telah berdiri sejak tahun 1288 dengan tokoh pendirinya KH Mustholih yang juga akrab disapa dengan nama Mbah Tholih.
Dilansir dari Suarajawatengah.Id Mbah Tholih merupakan salah satu pemuka agama di sana yang awalnya prihatin pada perilaku masyarakat yang masih banyak menyimpang. Dari sana ia kemudian memutuskan untuk mendirikan tempat yang nantinya akan menjadi pusat dakwah Islam.
Masjid yang diduga lebih tua dari kerjaan Majapahit tersebut juga memiliki ciri khas tersendiri yang begitu unik, baik dari arsitektur maupun legenda masyarakatnya.
Dilihat dari arsitekturnya, masjid Saka Tunggal berukuran 15 x 17 meter dengan tiang penyangga yang terbuat dari kayu berukuran 40 x 40 sentimeter dan tinggi lima meter.
Penyangga atau saka tersebut digunakan untuk menyangga langit-langit masjid. Kemudia pada ujung atas saka tunggal tersebut terdapat empat helai sayap dari kayu yang dikenal dengan Papat Kiblat Lima Pancer (empat mata angin serta satu pusat).
Selanjutnya, empat sayap tersebut terdapat ukiran-ukiran yang bercorak tumbuh-tumbuhan. Untuk atap menggunakan sirap kayu. Lalu, bagian dinding terbuat dari anyaman bambu dengan penambahan dinding bata untuk eksterior.
Kemudian, dibagian mimbar terdapat ukiran dua buah surya mandala yang melambangkan dua pedoman utama hidup bagi umat Islam yakni Al-Qur'an dan Hadis. Tak hanya itu, masjid tersebut juga kaya akan ornamen dengan simbolisme nilai-nilai Islam yang selaras dengan adat istiadat Jawa.
Selain arsitekturnya yang unik, Masjid Saka Tunggal tersebut juga memiliki legenda tentang seorang santri yang dikutuk menjadi monyet karena pembangkangannya.
Dikisahkan oleh warga setempat bahwa dahulu terdapat seorang santri yang cukup nakal. Pada saat teman-temannya melaksanakan salat Jum'at, dirinya justru pergi memancing ikan di sungai. Karna itulah ia kemudian dikutuk menjadi monyet.
Benar atau tidaknya kisah tersebut tetap membawa hikmah yang dapat dijadikan pelajaran.
Sampai saat ini, monyet-monyet masih sering berdatangan ke area masjid dan hidup berdampingan dengan masyarakat setempat. Hal itu, juga menjadi salah satu ciri khas unik masjid Saka Tunggal Banyumas. (Ree)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta |
: Redaksi |
Editor |
: Bahrullah |
Komentar & Reaksi